Polres Wakatobi Sita 4 Ton Bahan Peledak

Tanggal : 19 Januari 2006
Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/sulawesi/2006/01/19/brk,20060119-72590,id.htm

Oleh :
Dedy Kurniawan


TEMPO Interaktif, Kendari:Aparat Polres Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, menyita sekitar 4 ton pupuk amonium nitrat yang merupakan bahan baku utama pembuatan bom rakitan.

Tiga orang yang diduga kuat merupakan pemilik pupuk tersebut, La Sura, La Suriami dan Haji Safruddin, telah ditahan di Mapolresta Wakatobi.

Kepala Polres Wakatobi, AKP La Ode Murzi mengatakan, penyitaan itu dilakukan setelah pada awal Januari 2006, pihaknya memperoleh informasi tentang adanya penimbunan pupuk amonium nitrat di sekitar Kelurahan Mandati, Pulau Wangi-wangi.

Berbekal informasi itu, selama dua pekan polisi lalu melakukan penyelidikan dan berhasil menemukan 162 karung pupuk amonium nitrat cap obor. Tiap karung memiliki berat 25 kilogram, sehingga bila dikalikan, total berat pupuk yang disita sebanyak 4.050 kilogram.

"Pupuk bahan baku bom itu disembunyikan di antara tanaman kelapa di sekitar pantai," kata Murzi kepada Tempo di Kendari, Kamis (19/1).

Dari hasil pemeriksaan awal, menurut Marzi, ketiga tersangka mengaku membeli pupuk tersebut dari sebuah kapal asal Flores, Nusa Tenggara Timur. Untuk menghindari pemantauan polisi, mereka melakukan transaksi pembelian pupuk tersebut langsung di tengah laut.

Setiap karung pupuk dibeli dengan harga Rp 150 ribu, dan akan dijual kembali dengan harga Rp 350 ribu. "Dulunya orang yang membeli pupuk semacam ini kebanyakan para nelayan yang menggunakannya untuk membuat bom ikan," ujar Marzi.

Belakangan, seiring dengan banyaknya terjadi aksi terorisme di Indonesia, Polres Wakatobi belum berani memastikan, digunakan untuk apa ribuan kilogram pupuk tersebut.

Secara terpisah, Kapolda Sulawesi Tenggara, Brigjen Edhy Soesilo menyatakan telah sejak lama mengawasi Pulau Wangi-wangi. Pulau itu disinyalir merupakan pusat peredaran pupuk amonium nitrat yang merupakan bahan baku utama pembuatan bom rakitan.

Wisata Bahari Salah Satu Solusi Atasi Pencurian Ikan

Tanggal : 18 Januari 2006
Sumber : http://www.ketapang.go.id/index.php?pilih=lihat&id=432

Merebaknya berita penangkapan kapal nelayan trawl oleh nelayan PMK beberapa waktu lalu mendapat tanggapan positif beberapa pemerhati lingkungan dan sosial di daerah ini. “Aktifitas penangkapan ikan diperairan Ketapang dengan menggunakan pukat trawl dan pemboman, jelas-jelas dapat merusak ekosistem laut,” ungkap Lufti F. Hasan, SP, Ketua LSM K3 ini kepada Pontianak Post. Memang ikan adalah SDA yang dapat diperbaharui tetapi dengan dua cara penangkapan diatas akan mempercepat laju kepunahan. Pukat trawl memang menggangkat lebih banyak ikan tapi tidak peduli ikan besar maupun kecil, tambah Lufti.

Apalagi dengan menggunakan bom di dalam air, bukan hanya ikan besar dan kecil bahkan terumbu karang yang indah tempat bermainnya ikanpun ikut musnah, ujar Directur Khatulistiwa Adventure yang berencana mengembangkan Wisata Bahari bersama Canopy Kalimantan ini. Bayangkan saja jika terumbu karang yang berkembangnya saja hanya beberapa millimeter per 10 tahun ini dan ikan-ikan nemo yang indah musnah, apalagi keindahan laut yang bisa dinikmati sebagai tambahan pendapatan nelayan jika dilihat dari sisi pariwisata, jelas Lufti manambahkan.

Tanggapan lain pula keluar dari putra kelahiran PMK, Tengku Nurmawardi, S.Sos yang mengungkapkan bahwa hal ini jelas-jelas memberikan kecemburuan sosial bagi nelayan lokal. “Pukat trawl menjanjikan nilai rupiah yang lebih besar dibanding nelayan lokal yang hanya menggunakan pukat biasa, cepat kaya tapi orang lain dirugikan” tambah Ketua LSM Bumi Kayong ini.

Terakhir kedua pemerhati ini menambahkan agar Pemerintah Daerah memperhatikan hal ini baik dari sisi Pariwisata maupun Sosial dan yang terpenting pelanggaran Kepres No. 39 Tahun 1980 harus segera dikoordinasikan dengan semua pihak. “Apagunanya kita punya bracuda sebagai armada patroli,” gurau Lufti.